Ajaran Universal Dari Semua Tradisi Ruhani

Oleh Agus Abubakar Arsal Alhabsyi

Ada satu ajaran universal dari semua tradisi ruhani: "Perlakukanlah org lain sebagaimana engkau ingin diperlakukan, jangan lakukan apa yang anda sendiri tidak suka jika diperlakukan seperti itu".


Alm. Guru saya, dulu menasehati saya bahwa orang yang nyata-nyata buta saja itu tidak suka dipanggil si buta, bagaimana pula dengan memanggil orang dengan si sesat, yang jelas-jelas merupakan sesuatu abstrak dan tidak mudah menentukannya. Apalagi berkenaan dengan hati manusia yang hakikatnya hanya ALLAH Yang Maha Tahu.
Ketika mengklaim kebenaran maka ketahuilah bahwa pihak lain pun juga mengklaim kebenaran. Jika kita tidak suka dituduh sesat jangan sebarang menuduh sesat pihak lain.

Kita punya keyakinan akan kebenaran kita. Namun hendaknya kita sadar bahwa kebenaran itu bertingkat-tingkat, tidak ada seorang pun yang dapat mengklaim kebenaran mutlak. Keyakinan kita bukan untuk menghakimi keyakinan pihak lain. Kewajiban kita terutama menyampaikan kebenaran yang saat ini kita anut untuk diasah dalam dialog yang penuh penghormatan kepada pihak lain, seraya kita siap untuk menerima kebenaran yang lebih utuh.

"Kebenaran itu dari Tuhanmu maka janganlah engkau tergolong mereka yg ragu". (Al Qur'an)

Kadang kita dapati kebenaran itu seperti puzzle terserak. Kita memiliki beberapa bagian, pihak lain memiliki bagian lainnya. Tugas kita untuk mengutuhkannya kembali semampu kita dengan terus menerus belajar seraya membantu orang lain juga untuk terbuka, untuk mencari, menemukan dan mengutuhkan pengetahuan masing-masing sesuai kondisi internal (syakilatih) dan eksternal (makanatih) masing-masing.

Mari saling mengingatkan, saling asih, saling asah dan saling asuh dgn kasih sayang, kebenaran dan kesabaran.

Petunjuk Praktis:
Jangan lupa, mari dengan sungguh-sungguh kita membaca 'Ihdinash shirathal mustaqim' dgn penuh penghayatan bahwa kita mendoakan seluruh manusia hamba Allah agar ditunjuki jalan yang lurus. Tujuh belas kali kita mengulanginya setiap hari dalam shalat kita. Seharusnya ini menumbuhkan kasih sayang dan persaudaran kepada sesama, bukan kebencian apalagi permusuhan yang merupakan legacy Setan yang terkutuk.
(Sumber Group Facebook Media Fatwa Blog)

Posting Komentar

0 Komentar