Kata orang bijak, puasa bukan mengulangi pengolahan keinginan kita melainkan untuk menggapai anugrah ke inginan-Nya sebagaimana puasa yang dilakukan orang-orang terdahulu.
Bulan puasa adalah bulan yang menonjolkan pengabdian dengan mengikuti anjuran-Nya. Berbagai sikap yang kita jumpai bagi yang menempuh anjuran itu. Ada kegembiraan, ketakjuban, kekaguman yang berhimpun untuk menempuh dalam pensucian diri. Pelaku puasa membenahi segalanya dan berupaya untuk mengurangi pada hal-hal yang bersifat pragmatis.
Tentu saja, pelaku puasa menempuh anjuran itu dengan teguh – karena puasa bukan lahir dari sesuatu yang bersifat inspiratif yang digelar dalam aksiden untuk sebuah kepentingan. Melainkan puasa adalah keniscayaan, seperti matahari yang terbit dari Timur ke Barat yang selalu beres dalam tirakat-tirakatnya, seperti yang lalu-lalu.
Mungkin, karena itulah cahaya matahari tak pernah punya keinginanan kecuali taat kepada Tuhannya. Sebagaimana pelaku puasa menjalani tirakat-tirakat puasa atas ketaatan kepada keinginan-Nya.
Kata orang bijak, puasa bukan mengulangi pengolahan keinginan kita melainkan untuk menggapai anugrah ke inginan-Nya sebagaimana puasa yang dilakukan orang-orang terdahulu.
Sebagaimana perintah-Nya dalam Al-Qur’an :
ÙŠَا Ø£َÙŠُّÙ‡َا الَّذِينَ آمَÙ†ُوا Ùƒُتِبَ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ُ الصِّÙŠَامُ ÙƒَÙ…َا Ùƒُتِبَ عَÙ„َÙ‰ الَّذِينَ Ù…ِÙ†ْ Ù‚َبْÙ„ِÙƒُÙ…ْ Ù„َعَÙ„َّÙƒُÙ…ْ تَتَّÙ‚ُونَ
“Hai orang-orang yang beriman! diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (Q.S : Al-Baqarah: 183)
(Penulis dan Keluarga, Mengucapkan Selamat Menunaikan Ibadah Puasa, Semoga Menjadi Hamba yang Bertaqwa, Mohon Maaf Lahir dan Batin)
0 Komentar