![]() |
Dubes Australia, Paul Grigson |
Gayung bersambut, aroma kopi khas Daeng Anas dan aneka kue khas Sulawesi Selatan menjembatani pembicaraan keduanya. Kedubes Grigson mengaku tertarik untuk menempatkan konsulat jenderalnya di Makassar.
Sementara itu Walikota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto menjamu Kedubes Austaralia ini, berharap hubungan Indonesia dan Australia semakin baik dan Makassar yang merupakan pintu gerbang pertumbuhan ekonomi di Kawasan Indonesia Timur dapat menjadikan Makassar sebagai Kota Dunia.
Menurut Grigson sangat tertarik dengan posisi Makassar sebagai Pintu Gerbang Kawasan Timur Indonesia yang mampu menjalin kerjasama ekonomi dan kebudayaan. "Untuk sebuah pertumbuhan ekonomi dan modernisasi sangat bagus, bahkan bakal mampu melampaui Jakarta," ungkap Grigson di Makassar, Sulsel, Rabu (2/12/2015).
Grigson mengakui, sangat menyukai Coto Makassar. Ia juga menambahkan bahwa masyarakat Sulsel dan Australia terikat oleh hubungan leluhurnya yang kuat sejak 1700 Masehi. Ketika itu, warga Makassar memulai perdagangan dan membangun keluarga dengan suku Aborigin di Arnhem Land, wilayah Australia utara.
"Sekarang banyak orang Makassar yang memilih belajar di Australia dan kembali membangun bisnis di Makassar," jelasnya..
Dalam lawatan kerjanya, dia membawa bekal dari Negeri Kanguru, yaitu batik Yirrkala yang diserahkan kepada Wali Kota Makassar di Anjungan Pantai Losari.
"Batik Yirrkala ini merupakan kolaborasi budaya antara perajin batik Pekalongan dan seniman Aborigin Australia yang nantinya akan dipamerkan di museum Kota Makassar," tukas Paul Grigson.
Pada kesempatan yang sama Moh Ramdhan Pomanto mengajak Kedubes Australia di kawasan Water Front City Makassar, Walikota Makassar tampak mengawal Grigson memasuki apartemen lorong (Aparong). "Aparong ini merupakan hasil karyanya dalam merestrukturisasi ruang dan permukiman di Kota Makassar," tandas Moh Ramdhan Pomanto. (int/amna)
0 Komentar